Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi jika populasi
yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain
karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang yang bersifat toksik. Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa. Contohnya jamur
pennicillium sp. Merupakan organisme penghasil antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tertentu
Abdurahman,deden.2006.biologi kelompok pertanian dan
kesehatan.bandung:grafindo media pratama
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk
interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui
senyawa kimia (Rohman, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman (2001)
alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang
tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh
Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu
jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan
pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan
lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada
suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa
kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar,
rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa
tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu
melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ
yang mati. Anonim a (Tanpa Tahun) menjelaskan lebih lanjut proses-proses
tersebut melalui penjelasan berikut ini.
- Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan
adalahArtemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa
kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke
dalam tanah yang akan diserap akar.
- Eksudat
akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh
akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat,
sinamat, dan fenolat.
- Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian
tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun.
Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun,
sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan
tumbuhan ini.
- Pembusukan
organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,
senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada
bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya
dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa
jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih
hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas
tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun
dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun
yang di bawah tanah (Anonim a, Tanpa Tahun).
Rohman (2001) menyebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia
tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara,
penghambatan pembelahan sel,pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi,
sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Lebih lanjut, Anonim
a (Tanpa Tahun) menjelaskan tentang pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan
tanaman adalah sebagai berikut.
- Senyawa
alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan
kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
- Beberapa
alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
- Beberapa
alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran
sel tumbuhan.
- Beberapa
senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
- Senyawa
alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
- Beberapa
senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel
tumbuhan.
- Senyawa
alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Rice (1974) dalam Salempessy (1998) dalam Tetelay (2003)
juga menjelaskan bahwa senyawa alelopat dapat menyebabkan gangguan atau
hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole
Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan
mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Selain itu
Patrick (1971) dalam Salampessy (1998) dalam Tetelay (2003) menyatakan bahwa
hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan
biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu,
bahkan kematian tanaman.
Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan
hasilnya semakin menurun (Anonim a, Tanpa Tahun). Namun kuantitas dan kualitas
senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan
alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat,
kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau
C4).
Rujukan:
Anonim a. Tanpa Tahun. Alelopati. (Online)
(http://io.ppi-jepang.org/download.php?file=files/inovasi diakses tanggal 5
Desember 2007).
Tetelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia
mangium wild terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Jagung (Zea mays). (Online) (http://www.geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc.
diakses pada tanggal 21 November 2007).
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara
interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke
lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan
yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara
lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal,
pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain
sebagainya (Hamilton dan King, 1988).
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau
dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat
kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari
golongan fenol (Ewusia, 1990).
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies
gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata
cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron
intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain. Apabila gulma mengeluarkan senyawa beracun maka
nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW +
CVL + AV
dimana TCV =
total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition
value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan alelopat
terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara
+ nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya + nilai
alelopati (Resosoedarmo, 1986).
Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan masalah
gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan,
dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis
pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada regenarasi hutan.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara
lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama
keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis
gulma (Indriyanto, 2006).
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati
lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata
cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan
senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang
berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah dapat melepaskan senyawa
alelopati (Heddy, dkk., 1986).
Penelitian pengaruh ekstrak daun Pinus merkusii, terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif Glvcine, max telah dilakukan di
laboratorium ekofisiologi dan rumah kaca Jurusan Biologi Institut Teknologi
Bandung, pada bulan Oktober 1989 sampai Februari 1990. Kandungan bioaktif daun
Pinus merkusii, diekstrak dengan pelarut air, etanol dan aseton, untuk diperlakukan
kepada biji Glycine max, yang sedang berkecambah dan tanaman Glycine max yang
sedang dalam fase pertumbuhan vegetatif. Ekstrak air, ekstrak etanol dan ekstrak aseton
dibuat menjadi konsentrasi 0; 250; 500; 750 dan 1000 ppm. Percobaan dilakukan
dengan rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga kali ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Pinus merkusii tidak mempengaruhi
persentase perkecambahan dan faktor-faktor pertumbuhan Glvcine max.
Satu-satunya parameter yang terpengaruh adalah panjang radikula kecambah
Glycine max (Odum, 1993).
Telah
banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah
bahwa pada tanah-tanah bekas ditumbuhi Agropyron repens,
pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli sangat terhambat. Alang-alang
menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan
menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat
unsur hara, air dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa
alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke
dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung dimana semakin tinggi
konsentrasi ekstrak organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya
terhadap pertumbuhan kecambah padi gogo (Setiadi, 1983).
Beberapa
pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain :
1.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan
kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
2.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
3.
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi
pembesaran sel tumbuhan.
4.
Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
5.
Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
6.
Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel
tumbuhan.
7.
Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim
(Soemarwoto,
1983).
Fenomena
alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan,antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme. Interaksi tersebut
meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu
senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau
mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia
yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat
selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak
terhadap organisme lain (Soerianegaradan Indrawan, 1982).
Alelokimia
pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga
dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada
setiap spesies. Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai
organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau
dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu
tergantung pada organ pembentuknya atau sifat kimianya (Indriyanto, 2006).
Ewusia, J.Y.
1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja. Penerbit I
TB. Bandung
Hamilton,
L.S dan HLM. N. King. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.
Diterjemahkan oleh Krisnawati Suryanata. UGM Press. Yogyakarta
Heddy, S., S.B
Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Penerbit Rajawali.
Jakarta
Indriyanto. 2006.
Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Odum, E. 1993.
Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono samingan dari buku Fundamentals
Ecology. UGM Press. Yogyakarta
Resosoedarmo, S.,
K. Kartawinata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi.
Penerbit Redmaja Rosda Karya. Bandung
Setiadi, Y. 1983.
Pengertian Dasar Tentang Konsep Ekosistem. Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor
Soemarwoto, O.
1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta
Soerianegara,
I dan A. Indrawan. 1982. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Manejemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata yang
bermacam-macam, misalnya duri, berbau, yang kurang bisa diterima sekelilingnya,
tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan bertubuh tinggi besar, Maupun
adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan pertumbuhan tetangganya. Dalam
uraian ini akan disinggung tentang sekresi kimiawi yang disebut alelopat dan
mengakibatkan peristiwa yang disebut alelopati.Peristiwa alelopati adalah
peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan
tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang
tumbuhdi sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi
kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa
produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat
berupa gas atau zat cai dan dapat kelau dari akar, batang maupun daun.
Hambatanpertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya
pertumbuhan hambatan pada oembelahan sel, pangambilan mineral,resppirasi,
penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar
dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang turun kembali ke tanah dan
eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan
fenolat, terpenoid, dan alkaloid.
Telah banyak referensi yang mencatat tentang species yang dapat mengeluarkan alelopati. Species tersebut dalam lingkungan akan dapat menekan pertumbuhan species lain. Namun pengaruh interaksi gulma/tanaman budidaya akan adanya alelopati masih belum banyak diteliti. Beberapa penelitian tentang hal itu dicatat dari beberpa negara seperti Amerika, dan Inggris. Suatu zat terpen di keluarkan oleh semak yang aromatik dan sejenis substansi fenol dikeluarkan oleh Isorghum halepense yang dapat menghambat kegiatan bakteri fikasasi nitrogen. Agropyron repens (rumput perenial) yang melapuk selama 15 hari sangat efektif dalam penghambatan pertumbuhan Brassica napus. Penghambatan semacam ini hampir sama dengan diakaibatkan oleh pelapukan jerami. Imperata cylindrica juga mengeluarkan alelopati berpengaruh pada lingkungannya seperti halnya penghasil-penghasil alelopati lainnya.
Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati. (Moenadir,1998:73-88)
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan, asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter) tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut.
Muller menemukan bahwa salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. (Syamsurizal,1993:89)
Alang-alang bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain (Hairiah et al., 2001).
Telah banyak referensi yang mencatat tentang species yang dapat mengeluarkan alelopati. Species tersebut dalam lingkungan akan dapat menekan pertumbuhan species lain. Namun pengaruh interaksi gulma/tanaman budidaya akan adanya alelopati masih belum banyak diteliti. Beberapa penelitian tentang hal itu dicatat dari beberpa negara seperti Amerika, dan Inggris. Suatu zat terpen di keluarkan oleh semak yang aromatik dan sejenis substansi fenol dikeluarkan oleh Isorghum halepense yang dapat menghambat kegiatan bakteri fikasasi nitrogen. Agropyron repens (rumput perenial) yang melapuk selama 15 hari sangat efektif dalam penghambatan pertumbuhan Brassica napus. Penghambatan semacam ini hampir sama dengan diakaibatkan oleh pelapukan jerami. Imperata cylindrica juga mengeluarkan alelopati berpengaruh pada lingkungannya seperti halnya penghasil-penghasil alelopati lainnya.
Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati. (Moenadir,1998:73-88)
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan, asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter) tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut.
Muller menemukan bahwa salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. (Syamsurizal,1993:89)
Alang-alang bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain (Hairiah et al., 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Fitter.AH. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman UGM : Semarang
Moenandir,jody.1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali pers:Jakarta
Syamsurizal.1993.Ekologi Tumbuhan.Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Sumatera Barat
Wiryowidgdo,sumali.2000.Kimia dan Farmakologi Bahan Alam edisi pertama.Universitas Indonesia : Jakarta
Hairiah K et al. 2000. Reclamation of Imperata Grassland using Agroforestry.
Lecture Note 5. ICRAF. (http://www.icraf.cgiar.org/sea).
Setyowati dan Yuniarti (1999). Efikasi allelopati teki formulasi cairan terhadap gulma. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi (http://www.jurnal@indonesia.co.id)
Fitter.AH. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman UGM : Semarang
Moenandir,jody.1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali pers:Jakarta
Syamsurizal.1993.Ekologi Tumbuhan.Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Sumatera Barat
Wiryowidgdo,sumali.2000.Kimia dan Farmakologi Bahan Alam edisi pertama.Universitas Indonesia : Jakarta
Hairiah K et al. 2000. Reclamation of Imperata Grassland using Agroforestry.
Lecture Note 5. ICRAF. (http://www.icraf.cgiar.org/sea).
Setyowati dan Yuniarti (1999). Efikasi allelopati teki formulasi cairan terhadap gulma. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi (http://www.jurnal@indonesia.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar