OPTIKA FISIS
WARNA
CAHAYA.
Cahaya terdiri dari bermacam-macam
warna, hal ini dapat dibuktikan dengan piringan Newton (Newton ’s
Disc) yang terdiri dari 7 macam warna yaitu : merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu. (cara menghafal : MEJIKUHIBINIU) yang diputar dengan cepat
akan tampak berwarna putih.
Gambar piringan Newton .
11
Dapat
disimpulkan bahwa :
|
1.
Merah
2.
Jingga
3.
Kuning
4.
Hijau
5.
Biru
6.
Nila
7.
Ungu
|
- Ketujuh komponen warna disebut
sebagai spektrum warna dari sinar putih.
- Sinar-sinar yang dapat diuraikan
atas beberapa komponen warna seperti sinar putih disebut SINAR
POLIKROMATIK.
- Sinar-sinar yang tidak dapat
diuraikan lagi atas beberapa komponen, disebut SINAR MONOKROMATIK.
- Dalam ruang hampa, cahaya
mempunyai :
Ø Kecepatan perambatan sama.
Ø Frekuensi masing-masing warna berbeda.
Ø Panjang gelombang masing-masing warna berbeda.
- Rumus kecepatan perambatan cahaya
(c)
|
|
Karena harga c tetap, bila frekuensi kecil
maka panjang gelombang besar atau sebaliknya.
6.
Cahaya warna merah mempunyai
f kecil maka besar.
DISPERSI
CAHAYA.
Bila seberkas sinar putih (Polikromatik) mengenai batas antara dua
media bening yang mempunyai indeks bias berbeda, maka selain dibiaskan, berkas
sinar inipun akan diuraikan menjadi berbagai warna, hal ini secara sederhana
dapat digunakan prisma sebagai media bening.
layar
β
merah
ungu
Jika ditinjau dari susunan spektrumnya, maka :
1.Indeks
bias (n)
|
:
|
Ungu terbesar sedang merah terkecil.
|
2.
Deviasi ()
|
:
|
Ungu
terbesar sedang merah terkecil.
|
3.
Frekuensi (f)
|
:
|
Ungu
terbesar sedang merah terkecil.
|
4.
Energi photon (Eph)
|
:
|
Ungu
terbesar sedang merah terkecil.
|
5.
Panjang gelombang ()
|
:
|
Ungu
terkecil sedang merah terbesar.
|
6.
Kecepatan (v)
|
:
|
Ungu
terkecil sedang merah terbesar.
|
Deviasi sinar merah :
|
nm
= index bias sinar merah.
|
nu
= Index bias sinar ungu.
Sudut
yang dibentuk antara deviasi sinar merah (deviasi terkecil) dan sudut deviasi
sinar ungu (deviasi terbesar) dinamakan sudut dispersi (w)
|
||||
β flinta
n n’
kerona β’
Untuk meniadakan
dispersi digunakan prisma akhromatik dengan susunan seperti pada gambar berikut
:
d m = d u Ð B = Ð B9
|
Untuk
membuat deviasi total suatu warna = 0, misal untuk warna hijau digunakan
susunan prisma pandang lurus. Berlaku :
|
Lensa akromatik.
Lensa akromatik juga bertujuan sama seperti
pada prisma akromatik yaitu susunan dua buah lensa yang mampu menghilangkan
peruraian warna (dispersi)
(nm-1)( + (n’m-1)( = (nu-1)( + (n’u-1)(
kerona flinta kerona flinta
WARNA BENDA
Warna benda tergantung dari :
- Warna cahaya yang
jatuh pada benda.
- Warna-warna yang
dipantulkan atau diterima benda.
Ø Benda-benda yang disinari oleh cahaya matahari atau sumber cahaya
lain, akan memantulkan warna cahaya yang sesuai dengan warna benda ini, sedang
warna cahaya lainnya diserap.
Contoh : Daun tumbuhan disinari
sinar matahari (Cahaya Polikhromatik), maka daun akan memantulkan warna hijau
sedangkan warna lain diserap.
Ø Warna benda juga tergantung dari warna cahaya yang dipantulkan atau
yang diterima.
Contoh : Benda berwarna biru bila disinari lampu
warna merah maka benda tampak berwarna hitam.
WARNA-WARNA KOMPLEMENTER DAN WARNA PRIMER.
Warna komplementer adalah : Pasangan warna yang jika digabungkan
menghasilkan cahaya putih.
Contoh : Warna pada Newton ’s
Disc (Piringan Newton).
Kuning (merah + hijau) + biru = putih
Cyan (hijau + biru) + merah = putih
Magenta
(merah + biru) + hijau = putih.
Warna sekunder : Pasangan warna yang jika
digabungkan menghasilkan warna lain (bukan putih).
Contoh : warna kuning = merah + hijau
warna
Cyan = hijau + biru
warna
Magenta = merah + biru.
Warna primer : Adalah warna yang tidak dapat
dibuat dengan menggabungkan warna lain.
Yang termasuk warna primer : merah, hijau
dan biru.
Ketiga warna tersebut dapat digabung untuk
membuat semua warna.
Jika ketiganya digabung akan membentuk warna
putih.
ABERASI PADA CERMIN DAN LENSA.
Sinar-sinar
yang membuat sudut terkecil dengan sumbu utama disebut sinar paraxial. Namun
pada umumnya, sinar-sinar itu tidak seperti pendekatan (definisi) di atas biasa
disebut sinar non paraxial.
Sinar-sinar non paraxial tersebut, setelah dibiaskan oleh
lensa, tidak berpotongan pada satu titik. Akibatnya, bayangan yang dibentuk
tidak hanya sebuah.
Tidak
hanya sinar non paraxial saja yang menyebabkan bayangan yang dibentuk tidak
hanya sebuah, tetapi juga karena jarak titik api lensa tergantung pada index
bias lensa, sedang index bias tersebut berbeda-beda untuk panjang gelombang
yang berbeda. Sehingga jika sinar tidak monokhromatik (Polikhromatik), lensa
akan membentuk sejumlah bayangan yang berbeda-beda posisinya dan juga
ukurannya, meskipun sinarnya itu paraxial.
Adanya
kenyataan bahwa bayangan yang dibentuk tidak sesuai dengan perkiraan yang
didasarkan pada persamaan sederhana (Gauss) disebut ABERASI.
1.
Aberasi Sferis.
Adalah
kelainan-kelainan pada bayangan yang
dibentuk karena pemantulan atau pembiasan oleh permukaan sferis. Hal ini tidak
disebabkan karena adanya kesalahan konstruksi daripada lensa atau cermin
(misalnya, kesalahan pada pembuatan permukaan sferis), tetapi kelainan-kelainan itu semata-mata merupakan
konsekwensi dari pengetrapan hukum pemantulan atau pembiasan pada permukaan
sferis.
a.
Aberasi Sferis pada
Cermin.
Sinar-sinar pantul saling berpotongan
membentuk bidang lengkung yang meruncing dengan titik puncaknya di titik api f
cermin, bidang lengkung ini disebut bidang kaustik.
b. Aberasi Sferis pada Lensa.
Sinar-sinar paraxial membentuk bayangan dari
P (terletak pada sumbu utama) di P9. Sedang sinar-sinar yang dekat tepi lensa membentuk bayangan di P0. Sinar-sinar yang
ditengah lensa akan membentuk bayangan antara P9dan P0.
Jika sebuah layar ditempatkan tegak lurus
sumbu utama, akan terlihat bayangan yang berbentuk lingkaran pada layar itu.
Lingkaran terkecil bila layar pada “c c”
(Circle of least confusion) dan pada tempat inilah diperoleh bayangan terbaik.
Jenis aberasi ini dapat dihilangkan dengan
memasang diaphragma.
2
Aberasi Koma.
Aberasi ini sama halnya dengan aberasi sferis.
Hanya saja, kalau aberasi sferis untuk benda-benda yang terletak pada sumbu
utama, sedang aberasi koma untuk benda-benda yang tidak terletak pada sumbu
utama. Sehingga, kalau pada aberasi sferis bayangan berbentuk pada layar
merupakan lingkaran, tetapi pada aberasi koma, bentuk bayangan pada layar
berbentuk “koma” dan sebab itu disebut ABERASI KOMA.
3
Aberasi Distorsi.
Aberasi ini justru terjadi pada lensa
tunggal berdiafragma.
a.
Distorsi bantal jarum
(Pinchusion), dengan pembesaran
seperti gambar dibawah ini.
Distorsi ini terjadi bila diaphragma
terletak di belakang lensa.
b. Distorsi tong Anggur (barrel),
dengan kelainan perbesaran bayangan seperti gambar dibawah ini.
Distorsi ini terjadi bila bayangan
diletakkan di depan lensa. Distorsi ini dihilangkan dengan meletakkan
diaphragma ditengah-tengah di antara dua lensa tersebut.
2
Aberasi Khromatik.
Adalah : Pembiasan cahaya yang berbeda panjang gelombang pada titik
fokus yang berbeda.
Cahaya polykhromatik sejajar sumbu utama yang datang
pada sebuah lensa akan diuraikan menjadi berbagai warna. Tiap warna cahaya
memotong sumbu utama pada titik-titik yang berlainan.
Hal ini disebabkan tiap-tiap warna mempunyai fokus
sendiri-sendiri. Titik fokus warna merah (fm) paling jauh dari lensa
sedangkan titik fokus untuk cahaya ungu (fu) paling dekat ke lensa.
G a m b a r .
CATATAN TAMBAHAN.
1.
Pelangi adalah spektrum sinar
matahari yang diuraikan oleh butir-butir air hujan dan peristiwanya disebut
“DISPERSI”.
Pelangi hanya kita lihat jika kita
membelakangi matahari dan jauh didepan kita terjadi hujan.
2.
Garis-garis Fraunhofer adalah
garis-garis hitam pada spektrum matahari.
3.
Hukum Kirchoff untuk cahaya.
Bila cahaya melalui gas/uap, maka gas
atau uap tersebut akan menyerap warna cahaya yang tetap sama dengan warna
cahaya yang akan dipancarkan bila gas/uap itu berpijar. Benda-benda yang
berpijar akan menghasilkan spektrum yang kontinyu.
4.
Warna adisi adalah warna cahaya
yang dipantulkan oleh suatu benda yang disinari oleh dua atau lebih warna
dasar.
5.
Penentuan gerak bintang
berdasarkan perubahan warna.
Bintang yang sedang menjauhi bumi memberikan
garis-garis yang bergeser ke arah warna merah, sedang yang mendekati bumi
spektrumnya bergeser kearah warna ungu (Azaz Doppler).
6.
Fluoresensi : Adalah gejala di
mana suatu zat bila disinari oleh cahaya akan terjadi perpendaran dan pendaran
tersebut akan hilang setelah penyinaran atas dirinya dihentikan.
7.
Fosforesensi adalah : Peristiwa
dimana suatu zat akan memancarkan sinar setelah penyinaran atas dirinya dihentikan.
Kunang-kunang, perpendaran air laut, fosfor
akan mengeluarkan cahaya, cahaya yang dikeluarkan bukan peristiwa pengfosforan
(Fosforesensi) melainkan disebabkan oleh peristiwa kimia (Oksidasi).
INTERFERENSI DAN DIFRAKSI.
1.
Interferensi
Cahaya.
Definisi : Perpaduan dua atau lebih sumber cahaya
sehingga menghasilkan keadaan yang lebih terang (interferensi maksimum) dan
keadaan yang gelap (interferensi minimum).
Syarat : Cahaya tersebut harus koheren.
Koheren : Dua
sumber cahaya atau lebih yang mempunyai frekwensi, amplitudo dan beda fase yang
tetap.
Untuk mendapatkan cahaya koheren dapat
digunakan beberapa metode :
a.
Percobaan cermin Fresnell.
b.
Percobaan Young.
c.
Cincin Newton.
d.
Interferensi cahaya pada
selaput tipis.
Ø Interferensi maksimum : Pada layar didapatkan garis terang apabila
beda jalan cahaya antara celah merupakan bilangan genap dari setengah panjang
gelombang.
Ø Interferensi minimum : Pada
layar didapatkan garis gelap apabila beda jalan antara kedua berkas cahaya
merupakan bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang.
a.
Percobaan Cermin
Fresnell.
Fresnell menggunakan dua cermin datar yang
ujung-ujungnya diletakkan satu sama lain sehingga membentuk sebuah sudut yang
mendekati 1800.
Sinar dari S dipantulkan oleh cermin I seolah-olah
berasal dari S1 dan oleh cermin II seolah-olah S2.
Bila P adalah garis gelap ke k di sebelah M, maka :
|
Bila P adalah garis terang ke k setelah
garis terang pusat M, maka :
|
Untuk
k = 1,2,3,…n
Keterangan :
p
|
=
|
Jarak terang pusat ke garis gelap
pada layar (PM).
|
d
|
=
|
Jarak antara sumber cahaya (S1
dan S2).
|
l
|
=
|
Jarak sumber cahaya ke layar.
|
l
|
=
|
Panjang gelombang cahaya yang
dipergunakan..
|
b
Percobaan Young.
Sumber cahaya yang monokromatik
dilewatkan suatu celah yang sempit S kemudian diteruskan melalui celah S1
dan S2.
S1 dan S2 berlaku
sebagai dua buah sumber cahaya garis yang sejajar dan koheren yang baru.
Penyelesaian yang berlaku sama halnya dengan
percobaan cermin Fresnell.
|
Untuk
min/gelap
|
Untuk
max/terang
Karena
a
kecil sekali maka sin a », sehingga :
|
Untuk min/gelap
|
Untuk
max/terang
Harga
k = 1,2,3,4,…n
Keterangan :
S
|
=
|
Sumber utama
yang koheren.
|
S1
|
=
|
Sumber koheren 1
|
S2
|
=
|
Sumber koheren 2
|
d
|
=
|
Jarak antara
sumber S1 dan S2.
|
p
|
=
|
Jarak
interferensi.
|
l
|
=
|
Jarak antara
sumber dan layar.
|
c
Cincin Newton.
Bila cahaya dijatuhkan pada susunan lensa plankonveks yang
diletakkan diatas kaca, karena diantara lensa dan kaca terdapat lapisan udara
yang bertindak sebagai selaput tipis, cahaya tersebut akan mengalami
interferensi. Bila cahaya yang dijatuhkan berupa cahaya monokromatik, maka di
permukaan datar lensa plankonveks terlihat cincin gelap (minimum) dan terang
(maksimum). Tetapi bila yang dijatuhkan sinar polikromatik akan terlihat cincin
berwarna. Cincin yang terlihat ini dinamakan cincin Newton .
Untuk menentukan gelap dan terang digunakan rumus :
Terang (max)
|
:
|
rk2 = R(2k + 1) l
|
Gelap (min)
|
:
|
rk2
= R(k) l
|
Harga k = 0,1,2,3,…n
|
||
|
d. Interferensi Pada Lapisan Tipis.
Cahaya mengenai lapisan tipis dengan sudut datang i maka :
Ø Sebagian dipantulkan langsung (gambar garis H) dan dilewatkan pada
sebuah lensa positif dan difokuskan di P.
Ø Sebagian dibiaskan, yang akan dipantulkan kembali ke permukaan yang dilewatkan
pada sebuah lensa positif (gambar garis C) sehingga difokuskan di P.
Ø Berkas cahaya di P merupakan hasil interferensi berkas cahaya yang
dipantulkan langsung (H), dan berkas cahaya yang mengalami pembiasan dahulu,
kemudian baru dipantulkan (C).
Dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilihat pada peristiwa :
*
Warna-warna cahaya yang
dipantulkan oleh buih sabun.
*
Warna-warna cahaya yang
dipantulkan oleh lapisan minyak di atas permukaan air.
R U M U S.
- Selisih jalan yang dilalui oleh
berkas cahaya (H) dan Cahaya (C) adalah :
|
2.
Interferensi maksimum (terang)
Titik
P akan merupakan titik terang jika :
|
3.
Interferensi minimum (gelap)
Titik
P akan merupakan titik gelap jika :
|
2
Difraksi Cahaya
(Lenturan Cahaya).
Definisi : Peristiwa pembelokan arah sinar
jika sinar tersenut mendapat halangan.
Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa
kisi, yaitu celah sempit.
Macam-macam difraksi (lenturan cahaya).
a
Difraksi Pada Celah
Tunggal.
Seberkas cahaya
dilewatkan pada celah sempit, cahaya yang keluar di belakang celah akan
menjalar dengan arah seperti pada gambar.
Disini terlihat
bahwa cahaya selain diteruskan juga dibelokkan.
Difraksi Juga Akan Menimbulkan Interferensi.
Hal ini dapat kita kembali pada percobaan Young.
Selisih beda lintasan sinar SA dan SB dapat ditulis SA – SB = d sin u
Oleh karena itu interferensi maksimum (garis terang) terjadi :
|
|
Keterangan :
d
|
=
|
Lebar celah
|
u
|
=
|
Sudut deviasi
(difraksi)
|
k
|
=
|
Orde difraksi
(0,1,2,3,….n)
|
l
|
=
|
Panjang
gelombang cahaya yang dipakai.
|
b Difraksi Pada Kisi .
|
Cahaya yang
lewat pada kisi dilewatkan lagi pada lensa positif, kemudian baru mengenai
layar.
Gambar.
Bila titik P pada layar terlihat garis terang, maka :
|
Bila
titik P pada layar terlihat garis gelap, maka :
|
Harga n adalah : 0,1,2,3,4,…n.
Ø Difraksi Fraunhoffer : Bila benda dan layar terletak pada jarak tak
terhingga.
Ø Difraksi Fresnell : Bila
benda/layar atau keduanya terletak pada jarak berhingga dari celah.
POLARISASI CAHAYA (PENGKUTUBAN).
Kita ketahui bahwa
cahaya merambat sebagai gelombang, namun cahaya termasuk dalam gelombang
transversal atau longitudinal belum diketahui. Namun dengan peristiwa adanya
polarisasi, maka dapat dipastikan bahwa cahaya termasuk dalam gelombang
transversal, karena gelombang longitudinal tidak pernah mengalami polarisasi.
Polarisasi cahaya adalah : Pengkutuban daripada arah getar dari
gelombang transversal. (Dengan demikian tidak terjadi polarisasi pada gelombang
longitudinal).
Berkas cahaya yang berasal dari sebuah sumber cahaya, mempunyai arah
getar bermacam-macam, sinar semacam ini disebut sinar wajar.
Bila sinar wajar ini dikenakan pada
permukaan pemantulan, permukaan pemantulan mempunyai kecenderungan untuk
memantulkan sinar-sinar yang arah getarnya sejajar dengan cermin. Sampai pada
suatu sudut datang tertentu, hanya satu arah getar saja yang dipantulkan, yaitu
arah getar yang sejajar bidang cermin. Sudut ini disebut sudut polarisasi dan
sinar yang mempunyai satu arah getar saja disebut : sinar polarisasi atau
cahaya terpolarisasi linier.
Cahaya
terpolarisasi dapat terjadi karena :
a
Peristiwa pemantulan.
b
Peristiwa pembiasan.
c
Peristiwa pembiasan ganda.
d
Peristiwa absorbsi selektif.
a. Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan.
Polarisasi linier terjadi bila cahaya yang datang pada cermin dengan
sudut 570.
b. Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan dan Pembiasan.
Polarisasi
linier terjadi bila sinar pantul oleh benda bening dengan sinar bias membentuk
sudut 900.
Rumus.
r + r9 = 900
ip = r9 ip
+ r = 900
r = 900 - ip
Menurut Hukum Snellius :
=
=
=
|
Persamaan
ini disebut : HUKUM BREWSTER.
Ditemukan
oleh : David Brewster (1781-1868)
Keterangan :
ip
|
=
|
Sudut datang
(sudut terpolarisasi)
|
N
|
=
|
Index bias udara
|
N9
|
=
|
Index bias benda
bening.
|
|
|
|
c. Polarisasi Cahaya Karena Pembiasan Ganda.
1
2
Sinar (1)
|
=
|
Sinar istimewa
Karena tidak mengikuti hukum snellius (hukum pembiasan)
|
Sinar (2)
|
=
|
Sinar biasa
Karena mengikuti hukum Snellius.
|
Pembiasan berganda ini terjadi pada kristal :
-
Calcite
-
Kwarsa
-
Mika
-
Kristal gula
-
Kristal es.
d. Polarisasi Cahaya Karena Absorbsi Selektif.
Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama
disebut POLARISATOR, dengan sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada
polarisator. Kemudian dilewatkan pada polaroid kedua yang disebut ANALISATOR.
Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat dinyatakan
sebagai :
|
Dengan I0 adalah intensitas
gelombang dari polarisator yang datang pada analisator.
Sudut q adalah sudut antara arah sumbu polarisasi dan polarisator dan
analisator.
Persamaan
di atas dikenal dengan HUKUM MALUS, diketemukan oleh Etienne Louis Malus pada
tahun 1809.
Dari
persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan :
1.
Intensitas cahaya yang diteruskan
maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar (q = 00 atau q = 1800).
2.
Intensitas cahaya yang
diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika kedua sumbu
polarisasi tegak lurus satu sama lain.
PEMUTARAN BIDANG GETAR.
Berkas cahaya yang melalui polarisator dan analisator, diantara
polarisator dan analisator diletakkan tabung yang diisi larutan, maka larutan
yang ada dalam tabung akan memutar bidang getarnya.
Besarnya sudut putaran larutan ditentukan oleh :
a
Panjang larutan yang dilalui.
b
Konsentrasi larutan.
c
Panjang gelombang cahaya yang
dipakai.
q2 - q1 = 0,1 [c.l.s]
q2 - q1
|
=
|
Besar sudut putaran larutan gula.
|
c
|
=
|
Konsentrasi larutan gula.
|
l
|
=
|
Panjang larutan gula.
|
s
|
=
|
Sudut putaran jenis larutan gula.
|
Larutan yang dapat memutar bidang getar biasanya larutan yang
mengandung unsur C (Carbon) yang asimetris.
HAMBURAN CAHAYA.
Bila cahaya datang pada medium, sinar tersebut akan (mungkin)
dipancarkan ke segala arah, hal ini dinamakan “HAMBURAN CAHAYA”
hamburan
Cahaya
Contoh :
-
Langit berwarna biru.
-
Matahari terbit/tenggelam,
langit akan berwarna merah.
-
Langit di sekitar bulan
berwarna hitam.
RAMALAN RAYLEIGH MENGENAI HAMBURAN CAHAYA.
Rayleigh menyatakan : Bahwa gelombang cahaya dengan panjang
gelombang pendek lebih banyak dihamburkan daripada gelombang cahaya dengan
panjang gelombang yang panjang.
FOTOMETRI (PENGUKURAN CAHAYA).
Fotometri adalah : Suatu ilmu yang mempelajari
teknik illuminasi (penerangan)
Dalam fotometri dikenal besaran-besaran :
a FLUX CAHAYA (F)
Definisi : Energi cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per
detik.
Satuan : Lumen.
b INTENSITAS CAHAYA (I)/KUAT CAHAYA.
Definisi : Flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per
detik.
Rumus : I =
Satuan : Lilin atau Kandela
atau
Untuk bola : Dv = 4p
Maka : F = 4pI
c KUAT PENERANGAN (E).
Definisi : Fluks cahaya yang dipancarkan oleh
sumber cahaya per satuan luas bidang
yang menerima cahaya tersebut
Rumus
: E = menurut
LAMBERT.
Keterangan
:
|
E
|
= kuat penerangan (LUX)
|
|
d
|
= jarak
|
|
I
|
= kuat cahaya
|
Satuan
: = Lux
1 LUX adalah Kuat penerangan suatu bidang, dimana tiap-tiap m2
didatangi oleh flux cahaya 1 Lumen.
Untuk bola : E = =
= . cos q
penjelasan : E = =
E
=
d FOTOMETER.
Definisi : Alat yang
digunakan untuk mengukur intensitas sumber cahaya, dan prinsipnya membandingkan
kuat penerangan (E) dari sumber cahaya yang hendak diukur.
Bila kuat penerangan kedua sumber
cahaya S1 dan S2 sama, berlaku :
ES1 =
ES2 maka I1 : I2 = R12
: R22
e PENCAHAYAAN.
Pencahayaan tidak sama dengan kuat penerangan.
P = E . t
|
P
|
= Pencahayaan
|
|
E
|
= Kuat penerangan
|
|
t
|
= waktu
|
f TERANG CAHAYA.
e =
|
e
|
= terang cahaya
|
|
I
|
= Kuat cahaya
|
|
A
|
= Luas (cm2)
|
Satuan e = stilb. 1
stilb = 1 kandela/cm2
=========o0o=========
LATIHAN OPTIKA FISIS.
a
Dispersi.
1. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada kaca flinta dengan
sudut datang 300. Berapa besarnya sudut antara sinar merah dan sinar
lembayung yang dibiaskan di dalam kaca tersebut ? nm = 1,62 nl = 1,64
(149).
2. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada kaca kerona dengan
sudut datang 450. nm = 1,51 ; nl = 1,52. Sudut
dispersi antara sinar merah dan sinar lembayung yang dibiaskan di dalam kaca
tersebut adalah……..
(129).
3. Seberkas sinar putih kita datangkan ke permukaan air dengan sudut
datang 600. Bila index bias untuk sinar merah dan sinar ungu
masing-masing 1,33 dan 1,35. Berapa selisih sudut bias kedua sinar tersebut
dalam air ? (0,7240).
4. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada kaca planparalel dengan
sudut datang 300. Tebal kaca itu 10 cm. Berapakah jarak antara sinar
merah dan sinar lembayung yang keluar dari kaca ? nm = 1,62 nl = 1,64 (0,4
mm).
5. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada sebuah prisma
karbondisulfida dengan sudut datang 300. Bila sudut pembias prisma
300. Berapakah dispersinya ? nm = 1,62 nv = 1,65 (Deviasi semua sinar tidak
minimum) (599).
6. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada salah satu bidang sisi
prisma kaca flinta dengan sudut datang 450. nm = 1,6 ; nl
= 1,64. Bila sudut pembias prisma 300 dan deviasi semua sinar
dianggap tidak minimum. Maka sudut dispersi antara sinar merah dan lembayung
adalah …….
(389).
7. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada prisma gelas yang sudut
pembiasnya 600. Bila dianggap bahwa semua sinar mengalami deviasi
minimum, berapakah dispersinya ? nm = 1,62 ; nv =
1,64
(10 589).
8. Suatu berkas sinar putih kita datangkan pada prisma kaca yang sudut
pembiasnya 450. Bila dianggap semua sinar mengalami deviasi minimum
sedangkan nm = 1,51 ; nu = 1,53. Berapakah sudut
dispersinya ?
(1,0780).
9. Suatu berkas sinar putih sejajar datang pada prisma kaca kerona.
Bila sudut pembias prisma 100 dan sinar merah mengalami deviasi
minimum, berapakah dispersinya ? nm
= 1,51 ; nl = 1,52
(79).
b
Prisma Akromatik.
10. Orang hendak menggabungkan sebuah prisma kaca kerona dengan sudut
pembias 150 dengan sebuah prisma kaca flinta sehingga menjadi prisma
gabungan prisma yang akromatik.
a. Berapakah besarnya sudut pembias prisma kaca flinta ? (7,50).
b. Berapakah deviasi prisma gabungan itu ?
(30).
Untuk kaca kerona : nv = 1,53 nm = 1,51
Untuk kaca flinta : nv9 = 1,66 nm9 = 1,62
11.
Sebuah prisma akromatik,
terdiri dari prisma kaca kerona (nm = 1,51 ; nl = 1,54)
yang diletakkan pada prisma kaca flinta (nm = 1,60 ; nl =
1,64) Bila sudut pembias prisma kerona 80, maka sudut pembias prisma
flinta………dan deviasi gabungannya adalah…….
(60
dan 0,480).
12.
Sebuah prisma dari kaca flinta
dengan sudut pembias 80 hendak digabungkan pada prisma kerona
demikian sehingga sinar-sinar hijau melalui susunan prisma itu tanpa mengalami
pembiasan. Berapakah sudut pembias prisma kerona ? Berapakah dispersinya ? Kaca kerona nm = 1,51 nh = 1,52 nv = 1,53
Kaca flinta nm = 1,60 nh = 1,62 nv = 1,64
(90
329 dan 89).
13.
Suatu prisma lempang untuk
sinar hijau terbuat dari kaca kerona dan kaca flinta. Untuk kerona nh
= 1,521 ; untuk flinta nh = 1,62. Bila sudut pembias untuk kaca
kerona 100, berapakah sudut pembias untuk kaca flinta ? (8,40).
c
Aberasi kromatik dan
lensa kromatik.
14.
Sebuah lensa positif mempunyai
jarak titik api 25 cm untuk sinar merah. Berapakah jarak titik apinya untuk
sinar violet. Nm = 1,60 nv = 1,64 (23,44 cm).
15.
Sebuah lensa plankonveks
mempunyai jarak titik api 20 cm untuk sinar merah. Berapa jarak antara titik
api sinar merah dan titik api sinar lembayung bila nm = 1,74 dan nl
= 1,81 ? (1,73).
16.
Sebuah lensa positif mempunyai
jarak titik api untuk sinar merah. nm = 1,60 nl = 1,64. Berapakah
jarak antara titik api merah dan titik api lembayung ? (0,625).
17.
Sebuah benda berada 16 cm
didepan lensa positif. Jarak titik api untuk sinar merah 12 cm. Bila nm
= 1,74 dan nu = 1,81. Berapakah jarak antara bayangan merah dan
bayangan ungu yang terbentuk ?
(13,176 cm).
18.
Sebuah benda berada di sumbu
utama, 2 dm dimuka lensa negatif yang mempunyai jarak titik api 3 dm untuk
sinar merah. Berapakah jarak antara bayangan merah dan bayangan violet benda
itu ? nm = 1,74 nv = 1,81 (4 mm).
19.
Sebuah lensa akromatik terdiri
dari sebuah lensa bi-konveks setangkup dari kaca kerona yang dilekatkan pada
lensa cekung dari kaca flinta. Jari-jari kelengkungan yang bersamaan 4 dm.
Berapakah jari-jari kelengkungan yang lain ?
Berapakah jarak titik api susunan lensa itu ?
Kaca kerona nm
= 1,51 nv = 1,53
Kaca flinta nm
= 1,60 nv = 1,64 (tak berhingga
; 9,25 dm).
20.
Sebuah lensa akromatik terdiri
dari sebuah lensa bikonveks yang setangkup dari kaca kerona (nm =
1,51 nv = 1.53) yang
dilekatkan pada lensa negatif dari kaca flinta (nm = 1,74 nv = 1,81). Bila jari-jari
kelengkungan yang bersamaan 2 dm, maka jari-jari kelengkungan yang
lain…………
(4,7 dm).
Jarak titik api susunan lensa tersebut adalah………………… (3,35 dm).
d
Interferensi.
21.
Untuk menentukan panjang
gelombang sinar merah dilakukan percobaan interferensi dengan cerim Fresnel.
Jarak antara kedua sumber cahaya maya satu sama lain 0,3 mm. Jarak tegak lurus
antara kedua sumber cahaya maya sampai tabir 1,5 m. Bila jarak antara garis
terang pusat yang tertangkap pada tabir dengan garis-garis terang I di sebelah
menyebelahnya 3,5 mm, berapakah panjang gelombang sinar tersebut ?
(700 mm).
22. Pada percobaan interferensi dengan cermin Fresnel digunakan cahaya
dengan panjang gelombang 589 mili mikron. Jarak antara sumber cahaya maya
sampai tabir 50 cm. Jarak antara garis terang pusat dan garis terang ke I yang
tampak pada layar sebesar 2,945 mm. Berapa jarak antara kedua sumber cahaya
maya tersebut ?
(0,01 cm).
23.
Dua buah celah terletak
terpisah pada jarak 0,2 mm disinari oleh cahaya monokromatik. Layar ditempatkan
1 m dari celah. Garis terang ke-3 yang tampak pada layar berjarak 7,5 mm dari
garis terang pusat. Bila 1 Angstrom = 10 –10 m, berapakah panjang
gelombang yang digunakan dalam Angstrom. (5000).
24.
Suatu berkas sinar kuning
sejajar dengan panjang gelombang 6000 Angstrom didatangkan tegak lurus pada
permukaan datar suatu lensa plan-konveks yang terletak dengan permukaan
cembunganya pada sebuah kaca planparalel. Jari-jari kelengkungan lensa 40 cm.
Berapakah jari-jari lingkaran gelap yang ke-40 yang tampak pada pemantulan
susunan tersebut ?
(0,31 cm).
e
Polarisasi Cahaya.
25. Berapa sudut polarisasi suatu sinar yang dijatuhkan pada kaca kerona
dengan indeks bias 1,52 ?
(56,660).
26. Sebuah sakharimeter mempunyai tabung yang panjangnya 25 cm yang
berisi larutan gula pasir. Bila digunakan sinar natrium pemutaran bidang
polarisasinya 200. Berapakah konsentrasi larutan ?
(12%).
27.
Antara dua polarisator yang
disusun bersilangan dipasang sebuah polarisator lain demikian sehingga membuat
sudut 450 dengan sumbu polarisator yang pertama. Kemudian
didatangkan suatu berkas sinar cahaya tak terkutub melalui susunan tersebut.
Berapa % banyaknya tenaga cahaya yang diteruskan oleh susunan itu ?
(12,5 %).
28.
Sebuah sakharimeter mempunyai
tabung yang panjangnya 20 cm dan berisi larutan gula pasir dengan kepekatan 10
%. = 66,5 %. Pemutaran bidang
polarisasinya bila digunakan sinar natrium ialah………
(13,30).
29.
Antara dua buah polarisator
yang disusun beriring dengan sumbunya sejajar satu sama lain dipasang sebuah
polarisator lain demikian sehingga membentuk sudut 600 dengan sumbu
polarisator yang pertama. Banyaknya tenaga suatu berkas sinar cahaya tak
terkutub yang diteruskan oleh susunan tersebut adalah…… (1/32 bagian).
30.
Tiga buah kaca polarisator
planparalel disusun berturut-turut demikian sehingga sumbu polarisator yang
depan dan yang tengah sejajar satu sama lain, sedang sumbu polarisator yang
belakang bersilangan dengan sumbu polarisator yang depan. Berapa derajat sumbu
polarisator yang tengah harus diputar searah dengan arah putaran jarum jam
supaya tenaga sinar cahaya tak terkutub yang masuk hanya diteruskan 1/25 bagian
saja ?
(550 549).
=======o0o========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar