Media biakan adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Soeryowinoto, 1985).
Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan milroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme. unsur tersebut berupa garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Soeryowinoto, 1985).
Jenis yang termasuk garam-garam anorganik berupa nitrogen terutama kalium nitrat (KNO3), belerang (sulfur anorganik), fosfor dan unsure-unsur logam anorganik seperti natrium, kalium, kalsiuum, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, dan kobalt (Hendaryono, 1994)
Unsur karbon yang digunakan oleh Mikroorganisme dapat berupa pancaran atau cahaya dinamankan fototrof, dan yang lain adalah jenis kemototrofmenggunakan hasil oksidasi senyawa-senyawa kimia dalam media untuk memperoleh energinya (Hadioetomo, 1986).
Vitamin dalam media biakan berfungsi membentuk substansi yang mengaktivasi enzim. Mikroorganisme memperlihatkan gejala yang berlainan dala pola pengambilan nutrisi. Meskipun semua Mikroorganisme membutuhkan vitamin dalam proses metaboliknya, namun beberapa jenis Mikroorganisme nampu mensintesis kebutuhan vitaminnya sendiri dari senyawa-senyawa lain di dalam medium (Hadioetomo, 1986).
Vitamin-vitamin yang sering ditambahkan dalam medium biakan adalah : Niasin, Glisin, Piridoksin, HCl, Tiamin, Asam folat, dan lain-lain (Soeryowinoto, 1985)
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit namun dapat mendukung, menghambat dan merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi, tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan Mikroorganisme sangat terhambat bahkan mungkin tidak dapat tumbuh sama sekali (Gardener, 1993).
Media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah macam zat nutisi organic yang digunakan dalam medium biakan. Bahan ini umumnya digunakan pada lanortorium kultur dengan komposisi !0:1:1 kentang, dextrose dan agar dalam 1 liter air destilasi (Hendarto, 2002)
PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium yang umum digunakan dalam kultivasi bakteri. Selain karena proses pembuatannya mudah, juga karena memiliki komposisi yang kompleks bagi perkembangan bakteri, yaitu nerupa (Hendaryono, 1994).
Media ada yang bersifat kompleks dan sintetik. Media sintetik adalah media yang semua komponennya merupakan bahan kimia yang semua komponennya merupakan bahan kimia yang nyata dan spesifik dari segi kandungannya kurang jelas atau tidak dapat dipastikan, sering diistilahkan dengan medium kompleks (Soryowinoto, 1985).
Media kompleks seperti agar nutrient disiapkan dengan cara melarutkan masing-masing bahan yang dibutuhkan atau lebih mudah lagi dengan menambahkan air pada suatu produk komersial berbentuk medium bubuk yang sudah mengandung semua nutrient yang dibutuhkan. Pada praktisnya, semua nutrisi tersebut secara komersial dalam bentuk bubuk dan juga dalam bentuk siap pakai di dalam cawan-cawan Petri, tabung atau botol (Hasioetomo, 1986)
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi beberapa faktor, yaitu ;
- Suhu
- Cahaya
- Pengeringan (kelembaban)
- Keasaman (pH)
- Pengaruh O2 dari udara
- Pengaruh tekanan osmotik
- Pengaruh mikroorganisme disekitarnya
- Pengaruh zat kimia (desintektan0 terhadap mikroba
(Michael J. Pelczar, Jr. 2005, dasar-dasar Mikrobiologi)
Koloni bakteri memiliki beberapa ciri berdasarkan bentuk, tepian, dan elevasinya:
a. Berdasarkan bentuk, contohnya
- Bundar
- Bundar dengan tepian kerang
- Bundar dengan tepian timbul
- Keriput
- Tak beraturan dan menyebar
b. Berdasarkan tepian, contohnya :
- Licin
- Berombak
- Berlekuk
- Tak beraturan
- Siliat
c. Berdasarkan elevasi, contohnya :
- Datar
- Timbul
- Cembung
- Seperti tetesan
- Seperti tombol
(Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan medium yaitu :
a. Besar kecilnya koloni
b. Bentuk
c. Kenaikan permukaan
d. Halus kasarnya permukaan
e. Wajah permukaan
f. Warna
g. Kepekaan
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Sedangkan sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berisikan pada bentuk dan tepi koloni. (dr. Indan Entjang, 2003. Mikrobiologi dan Parsitologi).
Jamur merupakan salah satu anggota dari fungi. Kadang pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena tampak berserabut seperti kapas. Mula-mula berwarna putih à jika sudah ada sporaà terbentuk warna (tergantung jenis jamurnya). Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu :
a. Aseptat atau senosit
b. Septat dengan sel-sel uninukleat
c. Septat dengan sel-sel multinukleat
(Pelczar dan Chan, 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi)
Nama jenis jamur yang sering ditemui
1. Penicillium : hijau kebiruan, susunan konidia seperti sapu
2. Aspergillus : hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya
3. Verticillium : coklat merah muda, konidia berbentuk olips
4. Irichoderma : hijau, secara makroskopis menyerupai penicillium
5. Gliocladium : hijau kehitaman, tumbuh lebih cepat dari 1 dan 2
6. Hormodendrum : permukaan hijau muda sampai kelabu, permukaan bagian bawah berwarna kelabu sampai hitam
7. Pleopora : permukaan sawo matang sampai hijau dengan permukaan belakang coklat sampai hitam, memperlihatkan oskospora
8. Scopulariopsisi : coklat muda, konidia berdinding kasar
9. Paecilomyces : coklat kekuningan, konidia berbentuk elips
10. Alternaria : permukaan hitam dengan tepian kelabu, permukaan belakang berwarna hitam
11. Helminthosporium : permukaan hitam dengan tepian kelabu
12. Pullularia : permukaan hitam, mengkilat, seperti kulit, berdinding tebal dengan spora menguncup
13. Oospora : permukaan berwarna kulit hifa pecah menjadi sel-sel berbentuk persegi panjang dan berdinding tipis.
(Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Di alam bebad tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies lainnya. Di laboratorium, supaya kita hanya mendapat satu spesies saja dalam suatu biakan campuran menjadi biakan murni memerlukan tehnik-tehnik untuk mengisolasi. Populasi campuran menjadi satu populasi sel. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu populasi jenis mikroba yang semuanya berasal dari satu sel induk. Isolasi bakteri artinya memisahkan satu jenis bakteri dari biakan campuran menjadi biakan murni. Untuk mengisolasi suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu :
1. Cara cawan gores
2. cara cawan tuang
3. Cara cawan sebar
(Ani Murniati, 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi)
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
• Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
• Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2073865-teknik-sterilisasi-mikroba/#ixzz1Z9VorFMc
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
• Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
• Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2073865-teknik-sterilisasi-mikroba/#ixzz1Z9VorFMc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar